♡ Ibuku Pahlawanku
♡
Jika
bahas tentang ibu sosok pahlawan tanpa tanda jasa jujur banyak sekali yang
ingin kukatakan tapi aku sulit untuk memulainya, dan akhirnya ku awali dengan
kisah yang tidak pernah terlupakan oleh-ku.. eng ing eng, mari terus dibaca J
Dahulu
ketika aku sakit, aku terbaring lemah. Aku menyadari bahwa aku tidak bisa
apa-apa dibalik keadaan ku itu. Ketika itu, malaikat rumahku menjagaku dan
merawatku. Ia khawatir, aku sangat tahu kalau ia khawatir dan pada saat itu
juga dia-lah yang telah menyisirkan rambutku yang pada saat itu-pun aku tidak
bisa menyisir rambutku dengan sendirinya, baru kusadari bahwa sehat itu sangat
mahal. Dan tahukah malaikat rumahku itu siapa, yaa benar dia adalah Ibuku. Yang
setiap ku sakit ia merawatku, Ibuku cuek tapi dibalik itu semua ia sayang
padaku. Ibuku, yang memberi beribu senyuman demi menutupi kesedihan.
Ibukku,
yang pada saat aku memasuki SD ia rela menemaniku disekolah sampai aku pulang
karena kali pertama aku masuk di SD itu ada seorang temanku yang membuatku
menangis. Ibukku yang rela menunggu-ku sambil berjualan cemilan kecil-kecilan
dan waktu itu ibukku juga pernah masuk kekelasku karena aku begitu takut dengan
temanku yang teramat jahil itu dan guruku-pun mengizinkan ibuku untuk menemaniku
dan duduk disebelah bangku ku. Hanya batas 1 minggu aku sekolah di SD itu dan
akhirnya aku dipindahkan di SDI. Aku disana betah dan Ibukku –pun tidak perlu
bersusah-payah lagi menunggukku. Dia-lah ibuku yang menjadi pahlawan bukan
seperti super-man yang datang pada saat susah saja. Tapi ibukku seperti
malaikat yang siap memperhatikanku dalam setiap langkahku.
Dan
akhirnya aku beranjak remaja yang mulai berani berkata-kata “ah”, yang kerap
sekali menggoreskan hati-nya yang tidak berdosa. Pada waktu itu aku sadar aku
salah, tapi hal itu terus saja kulakukan. Bentakkan ketika permintaanku tidak
terpenuhi terus saja kulontarkan, masa itu baru kusadari kini ketika aku
ber-usia 17 tahun, betapa durhakanya aku. Aku sedih, aku khawtir ini akan jadi
penghambat-ku untuk bisa sukses, dan kini kusadari kata-kata “MAAF” yang hanya
dapat kulontarkan dari kalbuku yang paling dalam untuk Ibuku yang yang cintanya
begitu dalam.
Ibukku,
yang kini telah ber-umur tapi ia tetap cantik. Ibukku yang kini telah ber-umur
tetapi jiwanya tetap jiwa pemuda yang kuat.
Dia
Ibukku, yang kerap setiap pagi pergi kekebun untuk mengambil kopi demi
mencukupi kehidupan keluarga kami sehari-hari. Dia Ibukku, yang rela mengelola
lada yang jika sudah dibasuh baunya kemana-mana, dia Ibukku ketika panen buah
coklat ia rela membasuh biji coklat yang sudah keluar dari mulut orang-orang,
ia basuh berkali-kali lalu ia jemur jika sudah kering ia jual dan itu-pun untuk
simpanan uang saku jika sudah tidak ada dan dia Ibukku yang saat ini dia-lah
yang menjadi tongkat keluarga dirumahku ketika ayahku telah pergi menghadap
ilahi 3 tahun yang silam.
Ibukku,
ini-lah anakmu dahulu yang telah kau kandung dalam rahim-mu selama 9 bulan.
Yang telah menyakitimu dahulu ketika aku kurang mengerti akan cinta tulus
darimu, yang telah kau rawat hingga kini tanpa kenal lelah dan tanpa harap
jasa.
Ibu,
ini-lah anak bungsumu yang telah hadir dikehidupanmu yang kerap sekali
menyakitimu dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang kedua kalinya.
Ibu,
kini aku telah bergelut di dunia perkuliahan dan sampai saat ini-pun aku selalu
merepotkanmu. Memang kini kau tidak lagi menyiapkan bekal untukku karena kini
aku telah berada di berbeda kota denganmu tetapi aku merepotkanmu dalam hal
perasaan. Aku tahu kau khawatir dengan keadaanku disini, tapi Bu aku disini
juga sangat mengkhawtirkan keadaanmu. Tapi aku tahu bukan perasaan saja yang
telah kau korbankan untukku, tetapi aku juga merepotkanmu dalam hal materi
yaitu ketika kau harus mengirimkan ku beberapa jumlah uang untukku di tiap
bulannya.
Ibukku
yang kusayangi maafkan aku yang sampai saat ini belum bisa membahagiakanmu,
mengembalikan beberapa jasamu. Aku yakin aku tidak akan bisa mengembalikan
seluruh jasamu dan aku yakin kau tidak meminta kembali jasamu tapi satu
harapanku yaitu bisa membahagiakanmu dengan hasil yang telah kuperoleh dengan
sendirinya.
Ibuku,
aku disini yang telah jauh dari pengawasanmu. Aku disini, yang telah menanamkan
berjuta rindu di kalbu untukmu.
Ibuku,
ternyata jika sakit tidak berada didekatmu itu sangat susah. Ketika aku sakit
disini aku hanya bisa menelponmu dan saat itupun aku tidak sanggup lagi dan
akhirnya air mataku-pun telah membasahi pipiku dan kau yang mendengar isak
tangis ku lewat handphone-pun ikut menangis.
Ibuku,
disini aku juga merindukanmu ketika kau bangunkan ku untuk subuh dan mandi
dengan mengetuk pintu kamarku dan engkau ibu berbohong kalo sudah pukul 7
padahal itu masih pukul setengah 5 terrnyata itu hanya siasat-mu saja agar ku
bangun pagi dan melaksanakan sholat subuh. Ibu, aku juga merindukan masakkanmu
yang tidak pernah kujumpai masakkan-mu itu disini.
Ibu,
disini aku menyediakan sendiri sarapan bersama sahabatku. Bangun sendiri tanpa
ketukkan pintu darimu, teringat sendiri kalo waktu sholat itu sudah tiba.
Ibu,
didikkan mu itu sungguh luar biasa tiada yang biasa menandingimu. Caramu akan
kuingat sampai kapanpun kecuali jika Allah berkehendak lain ingin mencabut
ingatan dari memori ingatanku ini.
Ibu,
disepertiga malam aku mendo’akanmu dalam setiap sujudku agar kau selalu berada
dalam lindungan sang Pemilik Seluruh jagat raya ini. Kulukiskan wajahmu dalam
do’a Robithoh-ku agar kau selalu berada dalam jalan yang penuh dengan
kelurusan.
Ibu,
jika terus aku ungkapkan seluruh isi hati ku untukmu tidak akan pernah ada
habis-habisnya. Meskipun beribu kata yang telah kulontarkan untukmu dengan
menggunakan tinta apapun itu tidak akan pernah bisa membalas jasa dan cinta
yang kau berikan untukmu.
Ibukku,
kucukupkan batas ini ungkapan cinta dariku untukmu. Sebenarnya masih banyak
yang ingin kukatakan tapi mataku sudah lelah. Yakin-lah tidak hanya dengan
tulisan saja aku mengungkapkan cinta dan terimakasih ini padamu. Masih banyak
cara yang ingin ku lakukan untuk mewujudkan rasa terimakasihku padamu.
Ibu,
jaga selalu kesehatanmu sehingga Allah meridhoi aku untuk membahagiakanmu dan
membawamu ketempat yang sangat kau harapkan. Do’akan aku semoga aku bisa
mewujudkkan impianmu dan semoga Allah meridhoi aku mewujudkan itu semua.
Ibu,
ini anakmu yang sudah beranjak dewasa. Yang sangat mencintaimu karena Allah dan
hanya karena Allah.
Untuk
Ibukku, selamat hari Ibu. Tetap-lah jadi pahlawanku dan saudara-saudaraku,
tetaplah jadi motivatorku dan tetaplah menjadi malaikatku yang selalu memperhatikanku.
Sekali
lagi, terimakasih Ibukku ♡
Created By
Yunita Ars